Perbedaan Membangun Kekuatan

Perbedaan itu adalah sunnatullah. Walau dimana dan kapapun, perbedaan pasti akan senatiasa ada. Kita tidak boleh menuntut semuanya sama.

Allah swt berfirman :

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu." (QS Al Hujuraat : 13)

Dari ayat tersebut kita dapat faham bahwa Allah swt membuat perbezaan bukan untuk dijadikan alat perpecahan.

Perbedaan adalah rahmat dan sumber kekuatan, selama mana kita dapat :

- Mengendalikannya dengan benar.
- Meletakkannya secara seimbang.

Dalam kesempatan yang diberikan oleh Allah swt semasa mengerjakan Haji 9 tahun yang lepas, Alhamdulillah, kebenaran firman Allah swt di atas amat terasa di mana dapat disaksikan berbagai bangsa, suku kaum, warna kulit, bahasa serta usia yang berbeza namun di sana setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk mendapat ketinggian di sisi Allah swt.

Ukuran di sana hanyalah mereka yang beribadah dengan bersungguh-sungguh berbekalkan keimanan yang tinggi yang mampu meraih ridha Allah swt.

Di sanalah kita dapat lihat persaingan yang sama rata di mana setiap manusia samada kaya atau miskin, tua atau muda, sihat atau tidak berapa sihat, putih atau hitam, mempunyai anggota badan yang normal atau cacat akan berusaha semaksima mungkin untuk melaksanakan segala perintah Allah swt bagi mencapai kemuliaan melalui sifat Taqwa.

Walaupun pelbagai bahasa yang digunakan, namun tujuan pengharapan mereka hanya satu, Tuhan Yang Maha Esa iaitu Allah Azza Wa Jalla.

Semasa bermunajat di kaabah setelah badan telah menekap ke dinding kaabah, kita dapat merasakan penyatuan hati-hati dari setiap mereka-mereka yang menekapkan diri mereka di sekeliling kaabah itu.

Perasaan yang sungguh ajaib, di mana kita merasakan seolah-olah kita berada di satu alam yang tinggi yang jauh dari hiruk pikuk duniawi. Satu ketenangan yang tidak boleh digambarkan.

Perasaan di mana kita hanya berhadapan dengan Allah Azza Wa Jalla secara berseorangan dan betapa hinanya kita yang banyak melakukan dosa, tidak mensyukuri segala nikmat Allah padahal Dia sentiasa memberikannya kepada kita setiap saat tanpa apa-apa balasan dari kita.

Benarlah kaabah itu Rumah Allah kerana ia sentiasa disucikan oleh manusia yang beriman dan juga para malaikat. Tidak ada masa yang kosong dari kehadiran manusia bahkan mereka sentiasa bertawaf mengelilinginya dalam satu orbit yang menakjubkan umpama pergerakan planet-planet dan bintang-bintang di dalam galaksi masing-masing.
Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhan Yang Maha Besar Dan Berkuasa Di atas Segala Sesuatu.

Sebab itulah ibadah Haji dinamakan ibadah kemuncak kerana di sinilah kita akan melihat :

- Segala kebenaran.
- Segala kebesaran.
- Segala kekuatan.

yang datang dari Rabb Yang Maha Agung iaitu Allah swt.

Alangkah kerdilnya kita berbanding dengan Allah swt. Tidak ada kemulian bagi manusia kecuali dengan beriman dan berubudiyah kepada Allah swt. Kalau dilihat dari segi saiz manusia berbanding makhluk-makhluk lain seperti binatang-binatang darat dan laut yg besar, bukit bukau, gunung ganang, lautan luas sejauh mata memandang, angkasa raya, planet-planet dan bintang-bintang yang bertaburan di langit memang sangat kerdil manusia ini tetapi Allah swt meninggikan manusia dengan keimanan dan ketundukan mereka kepadaNya sehingga mereka berada di kedudukan dan maqam yang paling tinggi.

Kalau kita lihat sebuah bangunan, ianya begitu kukuh dan indah. Salah satu sebabnya kerana bangunan tersebut tersusun di atas bahan-bahan yang berbeda. Satu bahan dengan bahan yang lainnya saling menguatkan.Ada batu yang keras, kerikil yang kecil dan tajam,  tanah liat yang kukuh, semen, air yang lembut.

Namun, semuanya dapat disatukan.
Alangkah indahnya kebersamaan dalam perbedaan.

Di satu sisi, cuba kita lihat kedai jualan barangan termasuk bahan bangunan. Di sana terdapat segala macam bahan bangunan, dari mulai yang termahal hingga yang termurah, dari yang kecil hingga yang besar.

Tapi adakah ianya bermanfaat?
Walaupun banyak dan beraneka jenis, barang-barang di sana tidak dapat diambil manfaatnya secara maksima. Penyebabnya adalah antara satu sama lain :

- Tidak berhubungan.
- Terpecah belah.
- Tidak menempati posisi yang sebenarnya.

Begitu juga dalam hidup bermasyarakat. Setiap individu atau komponen masyarakat tidak akan mampu bersama, membentuk bangunan bangsa yang kukuh dan indah, apabila tidak ada  persatuan di dalamnya dan persatuan serta kukuhnya bangunan bangsa mestilah berdiri di atas perbedaan.

Bagaimana caranya agar perbedaan tersebut dapat mendatangkan kekuatan dan rahmat Allah swt?

Ada beberapa cara :
PERTAMA : KITA MESTI BIJAK DALAM MEMANDANG PERBEDAAN TERSEBUT
Caranya, carilah persamaan yang ada sebelum mencari perbedaan.

KEDUA : SETIAP DIRI MESTI MAMPU MEMPOSISIKAN DIRI PADA TEMPATNYA

KETIGA : JANGAN SEKALI-KALI MEREMEHKAN ORANG LAIN
Perlakukanlah semua orang seperti orang penting kerana setiap orang memiliki peranan tersendiri yang tidak dapat digantikan oleh orang lain.

KEEMPAT : JANGAN INGIN MENONJOLKAN DIRI DAN MERASA DIRI PALING PENTING
Tanpa orang lain kita tidak akan dapat berbuat apa-apa. Lihatlah simen dalam bangunan, ia tidak menonjolkan diri. Tapi kita tahu, tanpa simen bangunan tidak akan kukuh berdiri.

KELIMA : BERUSAHALAH MENUNTUT UNTUK DIRI KITA SEBELUM MENUNTUT ORANG LAIN

Salah satu perkara yang boleh merosakkan kebersamaan dalam perbezaan tersebut adalah informasi yang salah. Sebuah informasi seringkali menimbulkan perpecahan di kalangan umat. Oleh karena itu, kalau ada sebuah informasi, perkara pertama yang mesti kita lakukan adalah tidak mempercayainya sebelum ada bukti yang jelas.

Apabila kita terus memberi repons terhadap berita atau informasi tersebut, kita boleh jatuh kepada ghibah bahkan mungkin fitnah. Kemudian lihatlah siapa yang memberikan informasi. Orang yang boleh dipercayaikah atau seorang yang pendusta? Seterusnya, yang lebih penting lagi lihatlah buktinya. Tidak ada jawaban yang paling tepat selain bukti. Semoga Allah swt menuntun kita menjadi orang yang bijak dan terpelihara.

Ada satu lagi kejadian yang menarik ketika melakukan Haji tersebut. Di depan Multazam (tempat yg dimaqbulkan doa oleh Allah – tempat antara Hajarul Aswad dan pintu kaabah) telah berlaku satu pertengkaran antara dua orang dari Indonesia. Seorang dari mereka ingin terus berdoa di situ sedangkan seorang lagi ingin segera orang yang berdoa itu menghabiskan doanya.

"Hai cepatlah berdoa, sekarang masa untuk orang lain pula!," bentaknya.
Semakin diminta berhenti, orang yang dibentak tersebut semakin khusyuk dan terus merapat ke dinding kaabah. Orang itu bertambah kesal. Ditariknya orang yang tengah berdoa itu hingga hampir terjatuh. Maka berlakulah perang mulut antara keduanya. Nampaknya orang yang ditarik tidak menerima perlakuan tersebut.

"Kenapa kamu berbuat kasar kepada saya?," ujarnya.
"Kamu lupa diri. Yang ingin berdoa di sini bukan kamu sahaja, bahkan saya juga!," balas yang satu lagi.

"Saya datang jauh-jauh ke sini untuk berdoa, saya rindu kepada Allah, tapi mengapa tiba-tiba engkau berbuat kasar kepadaku?" "Yang rindu dan merasa perlu kepada Allah bukan hanya kamu, aku pun sama. Aku pun datang dari jauh ke sini untuk memenuhi panggilan Allah."
Sejenak kemudian kedua-duanya terdiam, termenung dan saling memandang.

"Eh, kalau Allah tujuan kita, kenapa kita sampai bertengkar!" "Iya ya, betul juga, kenapa kita saling menyakiti."
Menarik sekali peristiwa di atas, sesudah perbicaraan seperti itu, kedua orang tersebut berpelukan dan saling meminta maaf.
Indah sekali di mana kejadian ini berlaku di hadapan ka’abah dan tidak ada ucapan lain yang terkeluar selain ucapan tasbih dan takbir kerana terpesona akan kekuasaan Allah dalam membolak-balikkan hati hamba- hamba-Nya yang beriman. Di awalnya saling membenci, tak lama kemudian saling menyayangi.

Hikmah yang terbesar dari kejadian di atas adalah, walau apapun yang dilakukan tetapi benar-benar kerana Allah, pasti akan membuahkan kebaikan. Setiap masalah yang dikembalikan kepada Allah, pasti akan diselesaikan dengan baik, tidak akan berlarutan.

Lihatlah pada masa Rasulullah saw dan para sahabat. Hampir tidak ada masalah yang berlarutan dan tidak dapat dipecahkan, kerana semuanya dikembalikan kepada Allah.

Logikanya jelas, kita adalah ciptaan Allah :
- Yang menguasai segenap masalah adalah Allah.
- Yang paling tahu keperluan kita adalah Allah.
- Yang layak menjadi tujuan hidup kita adalah Allah.

Semua kejadian ada dalam genggaman Allah. Maka, apa yang diputuskan oleh Allah pasti yang terbaik bagi kita. Allah tidak mungkin menzalimi hamba-hamba-Nya.

Tapi, yang membuatkan hidup kita sukar, penuh konflik yang berpanjangan adalah ketika kita lebih mengutamakan hawa nafsu serta kepentingan diri daripada aturan dan kehendak Allah.

Oleh sebab itu, walau di mana dan bila-bila masapun, selama kita lebih memperturutkan hawa nafsu, selama itu pula hidup kita akan sengsara. Sayangnya, kita lebih mempercayai kemampuan diri yang tidak ada apa-apa kekuatan sedikitpun dibandingkan dengan kekuatan pertolongan dari Allah swt. Maka tidak hairanlah andainya masalah akan sentiasa membelenggu dan menenggelamkan kita.

Adakah kita ingin bahagia dalam hidup?

Kalau ya, jadikanlah Allah sebagai tujuan dan cita-cita hidup kita. Adakah kita ingin keluarga harmoni, sakinah mawaddah wa rahmah? Kalau ya, jadikanlah aturan Allah dan RasulNya sebagai pedoman hidup berkeluarga.
Ya Allah berilah kenikmatan hidup seumpama kehidupan di Syurga yang dipercepatkan kepada kami karena sesungguhnya tidak ada kenikmatan yang lebih besar daripada ketenangan hati dan kebahagiaan rumah tangga yang di penuhi rahmat dan kasih sayang.
Aamiin ya robul alamiin

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.